Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi agresif untuk menahan penurunan rupiah yang sempat menembus level psikologis Rp 16.000 terhadap dolar AS pada Jumat (13/12/2024). Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, menyatakan bahwa BI terjun langsung ke pasar dengan intervensi rangkap tiga yang cukup berani, melibatkan pasar spot, pasar forward non-deliverable domestik, dan pasar obligasi pemerintah.
Pada pagi hari Jumat, rupiah tercatat turun 0,4% menjadi Rp 15.994 per dolar AS, dan siang harinya sudah menembus level Rp 16.000. Depresiasi rupiah ini didorong oleh penguatan dolar AS akibat ekonomi AS yang tangguh serta meningkatnya ketegangan geopolitik yang mempengaruhi pasar global.
Menurut Josua Pardede, kepala ekonom PT Bank Permata Tbk, intervensi BI bertujuan untuk meredakan volatilitas berlebihan, bukan mempertahankan Rp 16.000 sebagai level sakral. Ia juga menekankan bahwa pelemahan rupiah merupakan hal yang wajar mengingat seluruh mata uang Asia mengalami depresiasi terhadap dolar AS.
Rupiah telah melemah lebih dari 5% pada kuartal akhir tahun ini, dengan penguatan dolar AS yang memukul mata uang Asia. Para ekonom memperkirakan pemangkasan suku bunga BI yang dapat terjadi minggu depan, yang bisa menambah tekanan pada rupiah lebih lanjut.