Amerika Serikat (AS) mengajukan proposal kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk mendapatkan 50% kepemilikan atas mineral tanah jarang Ukraina. Tawaran ini diajukan oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam pertemuan dengan Zelenskiy pada Rabu, sebagaimana dilaporkan NBC.
Meski demikian, Zelenskiy belum menyetujui proposal tersebut. Menurut sumber yang dikutip NBC, ia ingin mempelajari isi perjanjian lebih lanjut dan berkonsultasi dengan pihak lain sebelum mengambil keputusan. Hingga kini, pihak Kedutaan Ukraina di Washington dan Gedung Putih belum memberikan komentar terkait laporan ini.
Proposal AS ini diduga merupakan bagian dari strategi Washington untuk mengamankan akses terhadap sumber daya penting Ukraina, termasuk mineral tanah jarang yang sangat dibutuhkan dalam industri teknologi dan pertahanan. Sebagai imbalan, AS disebut-sebut menjanjikan dukungan ekonomi dan militer kepada Kyiv dalam menghadapi invasi Rusia yang dimulai pada 2022.
Langkah ini menguatkan indikasi bahwa AS ingin memperdalam keterlibatan ekonomi di Ukraina, terutama dalam sektor energi dan sumber daya strategis. Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump juga mengisyaratkan keinginan agar Kyiv membuka akses lebih luas bagi investasi energi AS serta membeli lebih banyak ekspor energi dari Negeri Paman Sam.
Mineral tanah jarang menjadi komoditas penting dalam persaingan geopolitik global. Pasokan utama saat ini masih didominasi oleh Tiongkok, sehingga akses ke cadangan Ukraina dapat memperkuat posisi AS dalam rantai pasokan global. Jika disepakati, perjanjian ini berpotensi mengubah dinamika ekonomi dan politik Ukraina di tengah perang berkepanjangan dengan Rusia.
Namun, proposal ini juga bisa menimbulkan reaksi di dalam negeri Ukraina, terutama terkait isu kedaulatan atas sumber daya alamnya. Apakah Zelenskiy akan menerima tawaran AS, atau memilih mencari opsi lain yang lebih menguntungkan bagi negaranya? Keputusan ini akan menjadi salah satu faktor penentu hubungan strategis antara Kyiv dan Washington ke depan.