China berencana membalas kebijakan tarif baru pemerintahan Donald Trump dengan menargetkan sektor pertanian dan produk pangan Amerika Serikat (AS). Langkah ini diambil setelah Washington memutuskan menaikkan tarif impor dari China mulai Selasa (4/3/2025).
Menurut laporan Global Times, Beijing sedang mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk tarif tambahan dan tindakan non-tarif. Salah satu dampaknya langsung terlihat pada harga kedelai China, yang melonjak 1,5% akibat kekhawatiran terganggunya pasokan dari AS.
Presiden Trump sebelumnya mengumumkan akan melipatgandakan tarif terhadap China hingga 20%. Selain itu, kebijakan tarif juga akan diperluas ke Kanada dan Meksiko, meningkatkan ketegangan perdagangan global.
China merupakan importir terbesar kedelai dunia, yang banyak digunakan untuk produksi minyak goreng dan pakan ternak. Jika Beijing benar-benar menerapkan tindakan balasan, dampaknya bisa signifikan bagi industri pertanian AS, terutama petani kedelai dan jagung.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa negaranya akan “membalas dengan segala cara yang diperlukan untuk mempertahankan hak dan kepentingannya yang sah.” Sementara itu, di pasar komoditas, harga berjangka tepung kedelai di Bursa Dalian naik menjadi 2.976 yuan per ton, sedangkan harga gandum di Chicago juga mengalami kenaikan.