Presiden Prabowo Subianto meresmikan Daya Anagata Nusantara (Danantara), badan pengelola investasi yang akan mengonsolidasikan aset tujuh BUMN besar. Aset yang dikelola Danantara diperkirakan mencapai Rp 9.600 triliun, setara dengan 43,36% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Danantara akan mengelola aset dari Bank Mandiri, BNI, BRI, Pertamina, PLN, Telkom Indonesia, dan Mind ID. Modal awal berasal dari ekuitas BUMN tersebut, yang pada 2023 mencapai Rp 1.135 triliun, ditambah suntikan dana pemerintah sebesar Rp 340 triliun dari penghematan anggaran.
Pemerintah menargetkan aset Danantara pada 2029 bisa mencapai US$ 982 miliar (Rp 16.006,6 triliun). Dengan nilai tersebut, Danantara berpotensi masuk dalam daftar 10 besar sovereign wealth fund (SWF) terbesar di dunia dan menduduki peringkat keenam jika target tersebut tercapai.
Seperti Temasek (Singapura) dan Khazanah (Malaysia), Danantara diharapkan menjadi kendaraan strategis bagi investasi nasional dan global. Awalnya, investasi akan difokuskan di dalam negeri, namun seiring peningkatan modal, Danantara berpeluang berekspansi ke luar negeri.
FTSE Russell memproyeksikan Danantara akan berinvestasi di sektor infrastruktur dan energi terbarukan untuk menarik lebih banyak investor asing. Sementara JPMorgan menilai, jika dikelola dengan baik, Danantara bisa menjadi katalis positif bagi pasar modal Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.