Defisit anggaran Amerika Serikat terus melebar, mencapai US$1,15 triliun (sekitar Rp18.911 triliun) dalam lima bulan pertama tahun fiskal 2025. Laporan Departemen Keuangan AS yang dirilis Rabu (12/03/2025) mencatat bahwa defisit pada Februari saja bertambah US$307 miliar. Kenaikan pengeluaran untuk program Medicare dan beban bunga utang menjadi penyebab utama pelebaran defisit ini.
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, defisit meningkat 17% setelah disesuaikan dengan perbedaan kalender. Membengkaknya defisit ini dapat menyulitkan Presiden Donald Trump dalam memperpanjang kebijakan pemotongan pajak 2017 yang akan berakhir tahun ini. Partai Republik yang konservatif dalam kebijakan fiskal kemungkinan akan menekan pemerintah untuk mencari langkah kompensasi agar anggaran tetap terkendali.
Sementara pendukung pemotongan pajak berpendapat bahwa insentif tersebut penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, laporan anggaran Februari menunjukkan pengeluaran pemerintah terus meningkat. Hingga saat ini, penerimaan negara mencapai US$1,89 triliun, naik 2% dari tahun lalu setelah disesuaikan dengan kalender. Namun, belanja pemerintah melonjak 7% menjadi US$3,04 triliun.
Program Medicare mencatat kenaikan pengeluaran terbesar, bertambah US$124 miliar dari tahun lalu menjadi US$518 miliar. Bunga atas utang publik juga meningkat US$45 miliar menjadi US$478 miliar, sementara pengeluaran Jaminan Sosial naik US$49 miliar menjadi US$663 miliar.
Dengan tren ini, tantangan fiskal AS diperkirakan akan semakin berat, terutama jika tidak ada langkah konkret untuk menekan belanja atau meningkatkan pendapatan negara. Kebijakan pajak dan belanja federal akan menjadi sorotan utama menjelang pemilihan presiden berikutnya.