Defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV 2024 mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya. Bank Indonesia (BI) mencatat defisit sebesar US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB, lebih rendah dibandingkan kuartal III 2024 yang mencapai US$ 2,0 miliar atau 0,6% dari PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyebutkan bahwa perbaikan ini didorong oleh kenaikan harga komoditas serta stabilnya aktivitas ekonomi domestik. “Transaksi berjalan mencatat penurunan defisit seiring dengan kenaikan harga komoditas di tengah aktivitas ekonomi domestik yang tetap terjaga,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (20/2).
Perbaikan transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang. Kenaikan harga beberapa komoditas ekspor utama mendukung pertumbuhan ekspor nonmigas, sementara impor barang tetap meningkat karena permintaan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
Namun, peningkatan aktivitas impor juga berdampak pada defisit neraca jasa, terutama akibat kenaikan biaya pengiriman (freight). Selain itu, defisit neraca pendapatan primer tercatat lebih tinggi karena meningkatnya pembayaran imbal hasil atas investasi langsung dan investasi portofolio.
Meskipun defisit transaksi berjalan masih terjadi, tren perbaikan ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik guna menjaga stabilitas transaksi berjalan ke depan.