Masa jabatan kedua Donald Trump baru akan dimulai bulan depan, tetapi pengaruhnya telah mengguncang panggung internasional. Ancaman tarif perdagangan yang ia lontarkan memicu krisis kabinet di Kanada, dengan posisi Perdana Menteri Justin Trudeau terancam akibat perpecahan internal. Di Eropa, kekhawatiran akan tarif mempersulit pemerintah-pemerintah yang rapuh.
Sementara itu, sekutu AS berlomba-lomba mempertahankan dukungan untuk Ukraina di tengah desakan Trump untuk mencapai kesepakatan damai dengan Rusia. Namun, prospek pembicaraan perdamaian malah mendorong eskalasi di medan perang, dengan Moskow meluncurkan rudal canggihnya dan Kyiv meningkatkan operasinya, termasuk pembunuhan seorang jenderal Rusia.
Di Timur Tengah, negara-negara seperti Israel dan Turki memanfaatkan momentum ini untuk memperluas pengaruhnya, sementara Iran mengalami kemunduran akibat kegagalan kelompok proksinya, seperti Hizbullah dan Hamas. Israel, di bawah pemerintahan Benjamin Netanyahu, memperdalam keterlibatannya di Gaza dan Suriah setelah kejatuhan rezim Bashar al-Assad.
Dalam pidatonya di Phoenix, Trump menyebutkan bahwa dunia kini berada di “masa Trump.” Peringatan soal tarif tinggi terhadap Kanada telah memicu reaksi langsung dari Trudeau, yang segera mengunjungi kediaman Trump di Florida untuk meredakan situasi. Namun, upaya tersebut belum berhasil mencegah krisis politik di Kanada, dengan ajudan utama Trudeau mengundurkan diri.
Sementara itu, di AS, Trump terus mendominasi percakapan domestik, mulai dari pembicaraan anggaran hingga kebijakan perdagangan. Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, mengisyaratkan bahwa kebijakan Trump akan memengaruhi arah ekonomi. Saham AS dan Bitcoin telah menguat sejak pemilu, sesuatu yang sering diklaim Trump sebagai pencapaian pribadinya.
Di Eropa, pengaruh Trump memberi keberanian kepada para pemimpin populis, termasuk Nigel Farage dari Inggris dan partai sayap kanan AfD di Jerman, yang mendapat dukungan dari Elon Musk. Tindakan Musk, termasuk menyerukan pengunduran diri Kanselir Jerman Olaf Scholz, telah memperdalam krisis politik di negara tersebut.
China, yang selama ini menahan diri dari sorotan media, mulai mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi kemungkinan perang dagang dengan Trump. Langkah-langkah ini termasuk pembatasan ekspor mineral penting dan pendekatan diplomatik dengan sekutu AS seperti Jepang dan India.
Pengaruh Trump, yang belum resmi kembali menjabat, memberikan gambaran tentang dinamika global yang akan datang. Dari Timur Tengah hingga Eropa dan Amerika Utara, agenda “America First” yang didorong Trump telah menciptakan gelombang perubahan besar yang dirasakan dunia bahkan sebelum ia mengambil sumpah jabatan.