Ekonomi Inggris mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut pada Oktober 2024, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) turun sebesar 0,1% setelah mengalami penurunan yang sama pada bulan sebelumnya. Kondisi ini lebih buruk dari perkiraan para ekonom yang semula mengharapkan kenaikan 0,1%. Pound terpantau jatuh sebagai dampak dari penurunan tersebut.
Dengan hanya satu bulan dari empat bulan terakhir yang menunjukkan pertumbuhan positif, masa pemerintahan Perdana Menteri Keir Starmer dari Partai Buruh dimulai dengan hasil yang mengecewakan. Sektor jasa yang stagnan selama dua bulan berturut-turut, ditambah dengan penurunan dalam sektor manufaktur dan konstruksi, memperburuk outlook ekonomi. Partai Buruh sendiri telah berjanji untuk meningkatkan standar hidup dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level tertinggi di G7 secara berkelanjutan, namun janji ini kini terkesan ambisius.
Kondisi ekonomi yang stagnan diperburuk oleh tekanan pada pasar tenaga kerja, biaya hidup yang terus meningkat, dan kekhawatiran tentang dampak kebijakan pajak baru. Sektor jasa yang berhubungan langsung dengan konsumen mengalami penurunan output sebesar 0,6%, dengan sektor restoran dan pub turun 2%. Hal ini mencerminkan kecenderungan rumah tangga untuk menahan belanja mereka, kemungkinan besar karena kekhawatiran tentang anggaran yang terbatas.
Pemerintahan Partai Buruh menghadapi tantangan besar untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Meskipun ada perkiraan pertumbuhan ekonomi sekitar 0,3% hingga 0,4% untuk kuartal keempat 2024, prospek untuk dua tahun ke depan diperkirakan tetap stabil namun tidak spektakuler.