Harga emas dunia mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat (21/2/2025) siang setelah mencetak rekor tertinggi. Pada pukul 13:14 WIB, harga emas di pasar spot tercatat US$ 2.928,91 per troy ons, turun 0,42% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Sebelumnya, emas sempat mencapai rekor tertinggi di US$ 2.941,3 per troy ons.
Meski melemah, tren harga emas masih menunjukkan kenaikan. Dalam sepekan terakhir, harga logam mulia ini naik 1,63%, sementara dalam sebulan terakhir melonjak 6,26%. Secara year-to-date (YTD), harga emas telah menguat 11,56% dan mencatat kenaikan 44,64% dalam satu tahun terakhir.
Emas juga masih mencatatkan kenaikan delapan minggu beruntun, menjadikannya salah satu aset paling cemerlang di pasar global. Namun, dengan kondisi pasar yang mulai jenuh beli, apakah harga emas masih bisa mencetak rekor baru dalam waktu dekat?
Secara teknikal, harga emas masih berada di zona bullish dengan Relative Strength Index (RSI) mencapai 75,4. RSI di atas 50 menunjukkan tren naik, tetapi level di atas 70 menandakan kondisi overbought, yang bisa memicu koreksi harga. Indikator Stochastic RSI juga mencapai level 100, menunjukkan kondisi pasar yang sangat jenuh beli.
Dalam beberapa waktu ke depan, harga emas berpotensi terkoreksi jika tidak mampu mempertahankan posisinya di atas pivot point US$ 2.894 per troy ons. Jika tekanan jual meningkat, target support berada di kisaran US$ 2.849–2.751 per troy ons. Sebaliknya, jika harga mampu menembus level resisten di US$ 2.948 per troy ons, ada peluang emas naik ke kisaran US$ 2.978–2.999 per troy ons.
Dengan tren kenaikan yang masih kuat, investor perlu mencermati pergerakan emas dalam beberapa hari ke depan. Faktor eksternal, seperti kebijakan bank sentral dan kondisi ekonomi global, akan menjadi penentu apakah emas bisa kembali mencetak rekor baru.