Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor jagung sepanjang Januari-November 2024 mencapai 1.306.190 ton. Angka ini melonjak signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang hanya mencapai 892.080 ton.
“Sepanjang Januari–November 2024 kita mengimpor jagung sebesar 1,3 juta ton, dengan asal utama dari Argentina dan Brazil,” ujar Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Senin (23/12).
Peningkatan impor ini kontras dengan pernyataan pemerintah yang memastikan penghentian impor sejumlah komoditas pangan pada 2025, termasuk jagung pakan, beras, gula konsumsi, dan garam konsumsi. Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dalam Rapat Koordinasi Pangan di Jakarta pada Kamis (12/12).
“Sudah kita putuskan tahun depan tidak impor beras, tidak impor jagung pakan, gula konsumsi, dan garam konsumsi,” tegas Zulhas.
Pemerintah optimistis dengan ketahanan pangan Indonesia pada tahun depan, meskipun belum memberikan rincian data proyeksi produksi untuk mendukung keputusan penghentian impor tersebut.
Sejalan dengan itu, upaya menuju kemandirian pangan terus dilakukan. Di antaranya adalah peningkatan kualitas bibit tanaman, perbaikan irigasi, dan penerapan mekanisasi pertanian seperti yang telah dilakukan negara-negara maju.
“Kalau ketahanan pangan Insyaallah bisa cepat tercapai, tapi untuk berdaulat pangan ini memang butuh waktu lebih lama,” jelas Zulhas.
Meski demikian, lonjakan impor tahun ini menjadi sorotan, mengingat komitmen pemerintah untuk menekan ketergantungan pada impor pangan dan meningkatkan produksi dalam negeri.