Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, industri yang paling terdampak akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) adalah sektor-sektor yang masih bergantung pada barang impor. Ketua Komite Analisis Kebijakan Ekonomi Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Apindo, Aviliani, menyatakan bahwa pelemahan rupiah membuat biaya impor semakin mahal, sehingga industri tersebut kesulitan untuk menjaga daya saing produk mereka.
“Siapa bisnis yang paling kena? Pasti bisnis yang tergantung pada impor, karena rupiah melemah, impornya mahal, maka dia tidak bisa kompetitif,” ujar Aviliani dalam acara Apindo Economic Outlook 2025 yang digelar pada Kamis (19/12/2024). Menurutnya, industri yang masih bergantung pada bahan baku impor menghadapi tantangan berat karena harga barang yang diimpor terus melonjak, sementara daya beli masyarakat cenderung menurun.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada November 2024, nilai impor Indonesia mencapai US$19,59 miliar, mengalami penurunan sebesar 10,71% secara bulanan (month-to-month). BPS juga mencatat, penggunaan barang impor mengalami penurunan, dengan bahan baku penolong yang menyumbang 71,56% dari total impor anjlok 11,97%, menjadi US$14,02 miliar. Ini menunjukkan bahwa sektor-sektor yang tergantung pada bahan baku impor semakin tertekan dengan kondisi nilai tukar yang tidak menguntungkan.
Aviliani menambahkan, untuk bertahan dalam situasi tersebut, banyak industri yang terpaksa melakukan efisiensi dengan cara memutuskan hubungan kerja (PHK) atau melakukan langkah-langkah lain untuk menurunkan biaya operasional. “Kalau tidak bisa bertahan, akhirnya mereka menaikkan harga barang. Jadi inflasi juga karena pelemahan rupiah,” ujarnya.
Proyeksi Apindo memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terus melemah pada 2025, dengan estimasi berada pada kisaran Rp15.800/US$ hingga Rp16.350/US$, terutama dengan asumsi pemerintahan Presiden AS yang baru, Donald Trump, akan memberlakukan kebijakan-kebijakan yang mungkin memperburuk kondisi nilai tukar. Saat ini, rupiah sudah menyentuh level Rp16.280/US$, mendekati level terlemah sejak 30 Juli lalu.
Sementara itu, dalam asumsi makro anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025, pemerintah mematok nilai tukar rupiah sebesar Rp16.000/US$. Aviliani menyebutkan bahwa dampak dari kebijakan Trump kemungkinan baru akan terasa pada tahun depan, sehingga pelemahan rupiah pada 2025 diperkirakan lebih signifikan dibandingkan dengan akhir tahun ini.