Rencana peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) disambut positif oleh sejumlah institusi keuangan global. JP Morgan menilai badan ini bisa menjadi katalis bagi pasar modal Indonesia, terutama dalam menarik investasi asing. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan meresmikan pendiriannya pada Senin (26/2).
Menurut Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, Danantara memiliki peluang besar jika mampu mengoptimalkan asetnya. Namun, efektivitas belanja pemerintah akan menjadi faktor penentu keberhasilannya. Kepercayaan investor global akan sangat bergantung pada transparansi dan pengelolaan dana yang baik.
Faktor eksternal juga berpotensi memengaruhi prospek Danantara. Henry menyebut kemungkinan pelemahan dolar AS jika Donald Trump kembali menjadi Presiden AS dapat menjadi katalis tambahan bagi pertumbuhan badan investasi ini, terutama pada paruh kedua 2025.
Sementara itu, FTSE Russell memproyeksikan Danantara bisa menjadi salah satu pemain besar di kancah global. Policy Director FTSE Russell, Wanming Du, memperkirakan jika alokasi dana yang direncanakan terealisasi, Danantara bisa menduduki peringkat ketujuh dunia dengan aset kelolaan (AUM) mencapai US$900 miliar.
Jika prediksi ini terwujud, Danantara bisa melampaui Government of Singapore Investment Corporation (GIC), yang saat ini merupakan salah satu entitas investasi utama di Asia Tenggara bersama Temasek Holdings dan Otoritas Moneter Singapura (MAS).
Namun, FTSE Russell menegaskan bahwa kepastian mengenai struktur dan aset yang akan dikelola Danantara masih menunggu detail resmi dari pemerintah. Kejelasan ini akan menjadi faktor utama dalam menarik lebih banyak investor global.
Dengan perhatian besar dari investor asing, kehadiran Danantara diharapkan dapat memperkuat daya tarik Indonesia sebagai destinasi investasi global. Namun, transparansi dan efektivitas pengelolaan dana akan menjadi kunci utama dalam menentukan keberhasilannya di pasar investasi internasional.