Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terpuruk pada perdagangan Selasa (18/3/2025). IHSG ditutup di level 6.223,38 setelah kehilangan 248,55 poin atau 3,84%. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) besar-besaran mencapai Rp2,57 triliun di pasar reguler dan Rp2,49 triliun di seluruh pasar.
Aksi jual asing paling besar terjadi pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dengan nilai net sell Rp1,52 triliun. Saham BBCA pun tertekan 3,49% dan ditutup di level Rp8.300 per saham. Selain BBCA, saham perbankan lain seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga mengalami tekanan, dengan net sell masing-masing Rp632,69 miliar dan Rp353,78 miliar.

Berikut 10 saham dengan net sell terbesar oleh investor asing pada perdagangan Selasa:
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Rp1,52 triliun
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp632,69 miliar
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) – Rp353,78 miliar
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) – Rp109,93 miliar
- PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) – Rp48,26 miliar
- PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) – Rp42,75 miliar
- PT United Tractors Tbk (UNTR) – Rp31,35 miliar
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) – Rp29,08 miliar
- PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) – Rp24,11 miliar
- PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) – Rp23,65 miliar
Di sisi lain, investor asing masih mencatatkan net buy pada beberapa saham, dengan pembelian terbesar terjadi pada PT Petrosea Tbk (PTRO) sebesar Rp59,91 miliar. Namun, meskipun ada aksi beli asing, saham PTRO tetap melemah 11,72% ke level Rp2.410 per saham.

Berikut 10 saham dengan net buy tertinggi oleh investor asing:
- PT Petrosea Tbk (PTRO) – Rp59,91 miliar
- PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) – Rp55,36 miliar
- PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) – Rp44,4 miliar
- PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) – Rp30,52 miliar
- PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) – Rp26,07 miliar
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Rp24,89 miliar
- PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) – Rp23,09 miliar
- PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) – Rp20,43 miliar
- PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) – Rp13,34 miliar
- PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) – Rp13,07 miliar
Mengapa Investor Asing Ramai-ramai Menjual Saham?
Analis pasar menilai aksi jual asing ini dipicu oleh kombinasi faktor domestik dan global. Lloyd Chan, Ahli Strategi Valas dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), menyebut ketidakpastian kebijakan dalam negeri dan tekanan ekonomi global sebagai penyebab utama.
“Investor khawatir Indonesia akan mengalami defisit fiskal lebih besar dari yang diperkirakan. Ini bisa memicu aksi jual simultan di pasar keuangan Indonesia,” ujar Chan, dikutip dari Bloomberg News. Ia memperkirakan tekanan jual ini akan semakin melemahkan rupiah hingga menyentuh Rp16.625 per US$ pada kuartal kedua 2025.
Selain itu, rumor mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani dari Kabinet Merah Putih juga mengguncang pasar. “Saya melihat ada rumor menteri keuangan akan diganti, mungkin oleh anggota keluarga presiden. Kekhawatiran semacam ini menciptakan lebih banyak hal negatif daripada fundamental saat ini,” kata Sat Duhra, Portfolio Manager di Janus Henderson Investors, Singapura.
Mohit Mirpuri, Fund Manager di SGMC Capital Pte., menambahkan bahwa kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto semakin menekan pasar. Menurutnya, langkah Prabowo mengalihkan anggaran untuk program prioritasnya memperburuk sentimen, terutama karena defisit fiskal yang lebih besar dari biasanya akibat penurunan pendapatan negara hingga 20%.
“Itu memicu gelombang likuidasi paksa, khususnya di kalangan margin traders,” ujar Mirpuri. Ia menilai sentimen pasar saat ini masih lemah dan belum ada arus masuk dana segar untuk menopang pasar saham.
Pasar Saham Masih Dibayangi Ketidakpastian
Menurut Nirgunan Tiruchelvam, analis dari Aletheia Capital, aksi jual besar yang terjadi saat ini tergolong tiba-tiba dan mengejutkan pasar. “Langkah-langkah antibisnis Prabowo dapat memperburuk situasi ini, tetapi sekarang tampaknya pasar sudah dipenuhi dengan banyak hal negatif,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti ini, investor kini menantikan keputusan suku bunga Bank Indonesia yang akan diumumkan Rabu (19/3/2025). Langkah Bank Indonesia dalam meredam volatilitas pasar akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah pergerakan IHSG dalam waktu dekat.