Donald Trump, Presien Terpilih Amerika Serikat (AS), diperkirakan bakal menerapkan kebijakan perdagangan yang agresif. Namun, sepertinya Indonesia belum masuk dalam daftar negara yang akan disasar.
“Dalam pembahasan 2 hari ini, kami update kembali langkah-langkah kebijakan dari Presiden Terpilih Trump di AS, karena ini berpengaruh terhadap stabilitas pasar keuangan global,” sebut Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Rencana kebijakan Trump, lanjut Perry, sepertinya akan memperluas cakupan negara, kenaikan tarif bea masuk, dan menambah komoditas. Terkait negara yang bakal disasar, awalnya diperkirakan hanya China, Kanada, Meksiko, Uni Eropa, dan Vietnam.
Namun kemudian, tambah Perry, sepertinya cakupan negara tersebut akan diperluas. Bisa ditambah Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara lain yang mencatatkan surplus perdagangan dengan AS yang tinggi.
“Indonesia kalau tidak salah di ranking 15. Jadi insya Allah tidak jadi sasaran untuk yang dilakukan sekarang,” ujar Perry.
engenai tarif, kata Perry, awalnya diperkirakan 25% untuk bea masuk produk impor dari Uni Eropa, China, dan Inggris. “Namun Tiongkok, menurut bacaan kami, akan dinaikkan dari 25% menjadi 30%. Meksiko, Kanada, Korea Selatan, Jepang, dan Vietnam bacaam kami 10%,” ungkap Perry.
Mengenai komoditas, demikian Perry, kemungkinan juga bakal diperluas. Awalnya adalah besi-baja dan aluminium dari Inggirs, bahan kimia dari China, dan sebagainya.
“Pembacaan kami, diperluas ke komoditas solar panel dari Vietnam dan seluruh produk impor dari Tiongkok,” ujarnya.