Pada awal tahun 2025, pasar saham Indonesia tercatat mengalami penurunan aliran dana asing. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin (6/1), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih asing (net foreign sell) sebesar Rp923 miliar. Hal ini melanjutkan tren penurunan yang terjadi pada dua hari sebelumnya, dengan total net foreign sell dalam tiga hari pertama perdagangan 2025 mencapai Rp1,74 triliun.
Tren larinya dana asing ini tidak terlepas dari kekhawatiran investor terhadap kebijakan yang akan diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump. Sejak akhir 2024, kemenangan Trump dalam Pemilu AS telah memicu kekhawatiran di kalangan investor pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Investor mulai mengalihkan dananya ke AS sebagai langkah defensif, mengingat ketidakpastian yang menyelimuti pasar global, terutama terkait kebijakan ekonomi Trump yang belum sepenuhnya dipahami.
Saham-saham besar di Indonesia, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga mencatatkan net foreign sell yang cukup tinggi pada perdagangan hari ini. Selain itu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) turut mencatatkan net foreign sell sebesar Rp116,97 miliar. Sejumlah saham bank besar ini menjadi sorotan karena berperan signifikan dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sentimen negatif terhadap pasar saham Indonesia semakin diperburuk dengan kekhawatiran terhadap potensi dampak kebijakan ekonomi Trump. Analis dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menjelaskan bahwa pelantikan Trump pada 20 Januari 2025 bisa memengaruhi IHSG dan aliran dana asing. “Investor asing mungkin menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai langkah defensif menuju aset safe haven seperti dolar AS atau treasury bonds,” katanya.
Meski aliran dana asing yang keluar masih berlanjut, ada harapan bahwa situasi ini akan mereda seiring berjalannya waktu. Analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menyebutkan bahwa meskipun program-program Trump akan mulai dijalankan, kekhawatiran utama adalah dampak dari perang dagang yang bisa kembali mencuat. Namun, dia mencatat bahwa volume net sell asing telah mulai mengecil, menunjukkan adanya perubahan tren.
Di sisi lain, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati memproyeksikan bahwa larinya dana asing dari pasar saham Indonesia akan mulai mereda pada tahun ini. “Ekspektasi [dana asing] bisa masuk lagi, terutama karena saham-saham big caps yang sudah turun harganya tetapi tetap memiliki fundamental yang bagus,” ungkap Ike. Oleh karena itu, aliran dana asing ke pasar saham Indonesia tahun ini akan sangat dipengaruhi oleh kinerja saham-saham besar.
Meskipun demikian, para investor diharapkan untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan dengan matang sebelum membuat keputusan investasi. Sementara aliran dana asing masih terpengaruh oleh sentimen politik dan ekonomi global, peluang untuk pemulihan pasar saham Indonesia tetap ada, terutama jika ketidakpastian global mulai mereda.