Minat investor terhadap Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) anjlok signifikan, seiring memburuknya sentimen pasar global yang memengaruhi nilai tukar rupiah dan pasar aset domestik. Data lelang SRBI yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan total penawaran masuk hanya Rp23,1 triliun, turun 31% dari lelang sebelumnya sebesar Rp33,82 triliun.
Investor masih menunjukkan ketertarikan terbesar pada tenor 12 bulan, dengan nilai penawaran masuk mencapai Rp16,05 triliun. Namun, permintaan imbal hasil yang tinggi menjadi tantangan. Untuk tenor 12 bulan, rata-rata rate penawaran mencapai 7,35%, naik dari 7,26% pada lelang sebelumnya.
Bank Indonesia akhirnya memenangkan lelang dengan yield rata-rata 7,28% untuk SRBI-12 bulan, level tertinggi sejak Juli 2024. Total penerbitan SRBI dalam lelang kali ini hanya Rp10 triliun, separuh dari lelang sebelumnya yang mencapai Rp20 triliun.
Kepemilikan asing di SRBI juga terus mengalami penurunan. Data terakhir menunjukkan posisi kepemilikan asing sebesar Rp233,85 triliun atau 24,86% dari total outstanding, menurun dibandingkan sebulan sebelumnya yang mencapai Rp250,18 triliun atau 25,82%. Penurunan ini mencerminkan outflow asing sebesar US$1,3 miliar atau Rp20,86 triliun sepanjang kuartal IV-2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa penerbitan SRBI tetap mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan peningkatan aliran masuk portofolio asing. Namun, sentimen global yang memburuk menjadi tantangan signifikan.
Ke depan, BI berencana mengoptimalkan instrumen pasar, termasuk meningkatkan daya tarik imbal hasil SRBI serta memperdalam pasar uang dan valas. Perry juga menyoroti pentingnya transaksi di pasar sekunder dan repo antar pelaku pasar untuk mendukung efektivitas kebijakan moneter.