The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga ketat hingga inflasi benar-benar menuju target 2%. Gubernur The Fed Bank of St. Louis, Alberto Musalem, menilai ada risiko inflasi yang bisa terhenti atau bahkan meningkat, meskipun pasar tenaga kerja tetap solid.
Musalem menegaskan, kebijakan moneter harus tetap ketat sampai ada kepastian bahwa inflasi terus menurun. Setelah itu, The Fed baru dapat menurunkan suku bunga secara bertahap menuju tingkat netral—yaitu tingkat yang tidak menghambat maupun mendorong pertumbuhan ekonomi.
Risalah pertemuan The Fed pada Januari lalu menunjukkan bahwa para pejabat bank sentral masih menunggu bukti lebih lanjut bahwa inflasi benar-benar mereda. Kebijakan pemerintahan Donald Trump, terutama terkait perdagangan, imigrasi, fiskal, dan energi, dinilai bisa berdampak signifikan terhadap ekonomi dan inflasi AS.
Data terbaru menunjukkan inflasi AS meningkat pada Januari, berdasarkan indeks harga konsumen (CPI). Namun, beberapa pejabat The Fed mengingatkan bahwa faktor musiman bisa mempengaruhi data, sehingga angka inflasi awal tahun sulit diinterpretasikan secara akurat.
Di sisi lain, pasar tenaga kerja tetap kuat dengan penambahan 143.000 pekerjaan pada Januari dan penurunan tingkat pengangguran. Musalem menyebut prospek pertumbuhan ekonomi masih cukup solid, tetapi ia tetap mewaspadai risiko inflasi yang lebih besar dibanding pelemahan pasar tenaga kerja.
Dengan kondisi ini, The Fed kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu dekat. Kebijakan pemangkasan suku bunga baru akan dipertimbangkan jika inflasi benar-benar menunjukkan tren penurunan yang konsisten.