Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada bulan November 2024, dengan nilai surplus mencapai US$ 4,42 miliar. Surplus ini menjadi yang terbesar kedua sepanjang 2024 setelah Maret lalu yang mencatat surplus sebesar US$ 4,58 miliar.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada bulan November 2024 tercatat mencapai US$ 24,01 miliar, sementara impor Indonesia tercatat sebesar US$ 19,59 miliar. Dengan hasil ini, Indonesia mencatatkan surplus 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa surplus neraca perdagangan bulan November 2024 disumbang oleh surplus pada sektor nonmigas yang mencapai US$ 5,67 miliar. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sementara itu, sektor migas mengalami defisit sebesar US$ 1,25 miliar, yang disebabkan oleh defisit pada neraca hasil minyak dan minyak mentah.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia hingga November 2024 tercatat surplus sebesar US$ 28,86 miliar, meskipun lebih rendah US$ 4,74 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.