Pasar keuangan Indonesia kembali bangkit pada awal Maret setelah mengalami tekanan sepanjang Februari. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 1,46% dan menembus level 6.408, didorong oleh kenaikan saham big caps sektor perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBCA, serta saham energi dan konsumer seperti BREN, TPIA, MDKA, dan AMRT.
Penguatan pasar saham sejalan dengan rebound rupiah yang dibuka menguat ke Rp16.523/US$, menjadi mata uang terbaik di Asia pada awal perdagangan. Di pasar surat utang, harga obligasi tenor menengah dan panjang mengalami kenaikan, dengan yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun turun ke 6,893%. Sebaliknya, yield SUN bertenor pendek justru naik, mengindikasikan tekanan harga pada instrumen tersebut.
Rebound pasar terjadi di tengah berbagai sentimen positif domestik, termasuk data aktivitas manufaktur yang terus berekspansi. Indeks PMI manufaktur Indonesia naik ke 53,6 pada Februari, tertinggi sejak Maret 2024, dengan pesanan baru mencapai level terbaik dalam setahun terakhir. Di sisi lain, JPMorgan menaikkan rekomendasi saham perbankan RI, seperti BBRI dan BBNI, yang diprediksi memiliki prospek positif.
Di sektor kebijakan, pemerintah menerbitkan PMK 18/2025 yang menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tiket pesawat ekonomi menjadi 5% untuk periode 1 Maret-7 April 2025. Selain itu, Presiden Prabowo Subianto menyiapkan insentif konsumsi, termasuk diskon tarif tol saat mudik Lebaran, untuk mendorong daya beli masyarakat.
Meskipun pasar mengalami pemulihan, risiko global tetap tinggi. Ketegangan geopolitik, perang dagang AS-Tiongkok, serta musim pembayaran dividen yang berpotensi menekan rupiah dalam beberapa bulan ke depan menjadi faktor yang perlu dicermati. Namun, momentum Ramadan dan Lebaran diharapkan bisa meningkatkan konsumsi dan menopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025.