Pelemahan rupiah dinilai berdampak negatif terhadap kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut JP Morgan Indonesia, setiap 1% pelemahan rupiah dapat menekan pertumbuhan perusahaan hingga 0,5%.
Executive Director JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, mengatakan bahwa pasar modal Indonesia sangat dipengaruhi oleh dinamika global, termasuk kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump dalam periode keduanya dan perang tarif antara AS dan China. “Dampak utamanya terhadap Indonesia adalah imbasnya terhadap rupiah,” ujarnya, Kamis (20/2).
Analisis JP Morgan menunjukkan bahwa jika rupiah melemah 5%, maka pertumbuhan pendapatan atau laba perusahaan di Indonesia berisiko turun sekitar 2,5%. Hal ini membuat investor semakin waspada terhadap fluktuasi nilai tukar.
Meskipun rupiah di pasar spot menguat 0,15% ke level Rp 16.313 per dolar AS pada Jumat (21/2), namun sepanjang tahun berjalan, mata uang ini masih mengalami pelemahan sekitar 0,70%.
Henry menegaskan bahwa pelemahan rupiah memberikan dampak negatif bagi Indonesia, berbeda dengan Jepang, di mana pelemahan yen justru menguntungkan ekspor mereka. “Untuk Indonesia, pelemahan rupiah berdampak negatif terhadap pendapatan emiten dan pasar modal secara keseluruhan,” katanya.
Dengan situasi ini, investor di pasar modal Indonesia perlu lebih cermat dalam melihat prospek perusahaan, terutama yang bergantung pada impor dan memiliki utang dalam mata uang asing.