China Tingkatkan Pengeluaran Fiskal untuk Dorong Konsumsi 2025
Kementerian Keuangan China menegaskan komitmen untuk meningkatkan pengeluaran publik pada 2025, dengan fokus memperluas konsumsi guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini diambil di tengah tantangan dari ancaman tarif baru Amerika Serikat.
Dalam pernyataan resmi usai konferensi kebijakan fiskal nasional selama dua hari, kementerian menyatakan akan memperbesar skala pengeluaran fiskal dan mempercepat implementasinya. Langkah ini juga mencakup rencana meningkatkan rasio defisit anggaran utama serta penerbitan lebih banyak obligasi pemerintah.
Sejalan dengan arahan dalam konferensi ekonomi tahunan awal Desember, kebijakan fiskal pro-pertumbuhan menjadi fokus utama. Pemerintah China berkomitmen menggunakan alat fiskal yang lebih agresif untuk mengatasi risiko deflasi dan mendukung pasar properti.
Target Pertumbuhan dan Defisit Anggaran yang Ambisius
Menurut laporan Reuters, pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 5% pada 2025. Untuk mencapainya, defisit anggaran akan dinaikkan menjadi 4% dari PDB, dibandingkan 3% tahun ini. Langkah ini dinilai strategis, meski stimulus fiskal yang diproyeksikan setara 2% dari PDB masih dianggap moderat dalam konteks global.
Kementerian Keuangan juga berencana memperluas investasi pemerintah dan memperkuat dukungan terhadap program pertukaran produk konsumen. Fokus ini diharapkan dapat mendorong konsumsi domestik, yang menjadi pilar penting dalam pemulihan ekonomi.
Optimalisasi Anggaran dan Dukungan ke Sektor Swasta
Selain meningkatkan pengeluaran, struktur anggaran pemerintah akan dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah juga berkomitmen mencegah penerapan denda dan biaya yang tidak wajar terhadap perusahaan, sebagai bagian dari upaya menciptakan iklim usaha yang lebih sehat.
Langkah Strategis Menghadapi Tantangan Ekonomi Global
Dengan meningkatnya ketegangan perdagangan dan tantangan dari tarif baru AS, kebijakan fiskal yang agresif dianggap sebagai solusi untuk menjaga stabilitas ekonomi China. Namun, beberapa ekonom menilai kebijakan ini masih kurang radikal untuk mengatasi potensi spiral deflasi dan krisis properti yang memasuki tahun kelima.