Chief Economist BCA David Sumual memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,8%-5%, lebih rendah dari target pemerintah yang mencapai 5,2%. Ia menilai ekonomi tetap tumbuh positif meski menghadapi berbagai tantangan, terutama pada semester pertama 2025 yang masih dipenuhi ketidakpastian global.
Menurut David, beberapa faktor yang dapat menahan pertumbuhan ekonomi meliputi kondisi geopolitik, fluktuasi nilai tukar, serta kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump. Meski demikian, ia tetap optimistis bahwa kebijakan terobosan dari pemerintah dapat menjadi katalis yang mendorong perekonomian.
Salah satu faktor pendukung pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah penduduk produktif sekitar 3% per tahun. Mengingat ekonomi Indonesia bersifat consumer driven, bertambahnya jumlah penduduk dapat mendorong konsumsi domestik dan menopang pertumbuhan ekonomi.
Namun, untuk memperkuat daya beli masyarakat, David menekankan pentingnya investasi asing langsung (FDI) ke sektor padat karya, terutama manufaktur. Jika investasi di sektor ini meningkat, maka penciptaan lapangan kerja akan lebih besar, sehingga daya beli masyarakat ikut terdongkrak.
Selain itu, kebijakan pemerintah di sektor properti, transportasi, logistik, makanan, minuman, dan kemasan juga diproyeksi memberikan dampak positif. Program seperti kebijakan Devisa Hasil Ekspor dapat meningkatkan likuiditas dan memperkuat perekonomian nasional.