Pemerintah Indonesia menawarkan 35 proyek hilirisasi senilai US$123,8 miliar atau setara Rp2.015,6 triliun kepada investor. Proyek ini disiapkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang baru dibentuk. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan proyek tersebut masih dalam tahap konsultasi dengan kementerian dan lembaga terkait.
Proyek hilirisasi ini mencakup sektor mineral, batu bara, minyak dan gas (migas), serta oleochemical di sektor pertanian. Pemerintah berharap dengan adanya proyek ini, investasi di sektor hilirisasi dapat meningkat dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Satgas ini akan beroperasi selama lima tahun ke depan dengan kantor pusat di Kementerian ESDM. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang juga Ketua Satgas, menegaskan bahwa hilirisasi harus memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Oleh karena itu, pembiayaan proyek diupayakan agar dilakukan di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri.
Bahlil juga menekankan pentingnya peran perbankan nasional dalam mendukung proyek hilirisasi. Dengan dukungan pembiayaan dari dalam negeri, diharapkan manfaat ekonomi dari hilirisasi tidak lari ke negara lain.
Pemerintah optimistis bahwa hilirisasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing industri nasional. Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, hilirisasi menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.