Kebijakan

Level ‘New Normal’ Rupiah 2025, Ada Potensi ke Rp17.000/US$

Rupiah melemah tajam di penghujung tahun 2024, tertekan oleh gejolak pasar global yang dipicu pesimisme terhadap prospek kebijakan suku bunga internasional.

Jika tren ini berlanjut, risiko yang dihadapi rupiah akan semakin besar pada 2025, terutama setelah Donald Trump resmi menjabat sebagai Presiden AS ke-47. Dalam masa kepemimpinan Trump, dolar AS diprediksi akan semakin kuat, menekan mata uang lain, termasuk rupiah. Bahkan, level Rp16.000-an terhadap dolar AS berpotensi menjadi “kenormalan baru”. Ada kemungkinan rupiah jatuh lebih dalam ke level Rp17.000/US$, terutama jika kebijakan proteksionisme Trump memicu Perang Dagang jilid dua yang lebih destruktif.

Sepanjang 2024, rupiah telah melemah 5,48% year-to-date di pasar spot. Posisi ini menjadikannya mata uang terlemah kelima di Asia setelah won Korea Selatan, yen Jepang, peso Filipina, dan dolar Taiwan. Pada perdagangan terakhir, rupiah berada di Rp16.300/US$, hampir menyamai level terendah pada Juni lalu di Rp16.450/US$.

Pelemahan ini didorong oleh kebijakan Federal Reserve yang mengecilkan peluang pemangkasan suku bunga tahun depan. The Fed kini hanya memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025, lebih sedikit dibandingkan empat kali yang diperkirakan sebelumnya. Langkah ini merupakan antisipasi terhadap kebijakan fiskal proteksionisme AS di bawah Trump yang memprioritaskan belanja besar-besaran dengan tagline “America First”. Dampaknya adalah kenaikan inflasi, defisit fiskal yang membengkak, dan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS.

Pada perdagangan Kamis, indeks dolar AS melonjak ke 108, level tertinggi dalam 25 bulan terakhir, sementara yield obligasi Treasury AS melonjak ke 4,45% untuk tenor 10 tahun. Kondisi ini memicu aliran keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. IHSG turun tajam ke bawah level 7.000, sementara yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun naik ke 7,08%. Rupiah pun semakin terpuruk.

Menurut riset JP Morgan, Indonesia menghadapi risiko dari kombinasi suku bunga tinggi yang lebih lama, serta dampak negatif Perang Dagang 2.0. Namun, JP Morgan juga mencatat bahwa ekonomi Indonesia memiliki daya tahan lebih baik dibanding negara lain karena kontribusi konsumsi domestik yang tinggi terhadap PDB. Untuk 2025, JP Morgan memprediksi nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.275-Rp16.400/US$.

Bloomberg Intelligence menambahkan bahwa Perang Dagang 2.0 dapat mengakibatkan mata uang Asia melemah lebih dalam terhadap dolar AS. Bank sentral di kawasan Asia kemungkinan akan membiarkan depresiasi mata uang mereka sebagai respons terhadap tekanan ekspor akibat tarif AS. Rupiah memiliki level psikologis di Rp16.500/US$, yang pernah dicapai saat pandemi Covid-19, sebagai titik krusial dalam menentukan arah ke depannya.

Lukman Leong, analis Forex Doo Financial Futures, menyebutkan bahwa pelemahan rupiah ke level Rp17.000/US$ bisa terjadi jika kebijakan Trump memicu inflasi global yang lebih tinggi. Menurutnya, “Level Rp16.000/US$ akan menjadi kenormalan baru jika dunia tidak mengurangi ketergantungan pada dolar AS.”

Pemerintah Indonesia sendiri telah mematok asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2025 di kisaran Rp16.000/US$ dengan yield SUN 10 tahun di 7%. Namun, realisasi ke depannya akan sangat bergantung pada dinamika global dan strategi kebijakan dalam negeri.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *