Kebijakan, World

Jepang Dikabarkan Kerek Suku Bunga Pembayaran Utang 2025 Jadi 2%

Jepang Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 2%, Beban Utang Semakin Berat

Kementerian Keuangan Jepang akan menetapkan suku bunga acuan untuk menghitung pembayaran bunga utang negara sebesar 2%, naik dari suku bunga saat ini. Langkah ini mencerminkan penyesuaian terhadap kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah.

Sumber yang mengetahui rencana ini menyebutkan bahwa suku bunga kumulatif untuk menghitung pembayaran utang akan berlaku untuk anggaran awal tahun fiskal yang dimulai pada April 2025. Sebelumnya, pada Agustus, suku bunga sementara ditetapkan sebesar 2,1%, naik dari 1,9% pada tahun fiskal berjalan.

Rencana penyesuaian ini diharapkan mendapat persetujuan kabinet Jepang pada Jumat mendatang. Namun, pejabat Kementerian Keuangan enggan memberikan komentar terkait angka spesifik suku bunga acuan tersebut.

Normalisasi Kebijakan Moneter Bank Jepang

Peningkatan suku bunga acuan diduga mencerminkan normalisasi kebijakan moneter Bank Jepang yang telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2007. Kenaikan suku bunga ini terjadi pada Maret dan Juli lalu, dengan kenaikan lanjutan diproyeksikan pada awal 2025.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun berada pada 1,055% pada Rabu siang, meningkat signifikan dari titik terendah 0,564% pada Januari. Kenaikan ini juga didorong oleh imbal hasil obligasi AS yang tinggi, yang terpengaruh kebijakan inflasi dari Presiden AS Donald Trump.

Beban Utang Semakin Menekan Keuangan Jepang

Peningkatan suku bunga dipastikan memperbesar biaya pembayaran utang Jepang, yang telah mencapai tingkat kritis. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan beban utang Jepang pada 2024 mencapai lebih dari 250% dari produk domestik bruto (PDB).

Untuk menutupi kebutuhan anggaran, Jepang diperkirakan akan menerbitkan obligasi baru dalam jumlah rekor. Langkah ini semakin memperumit keuangan nasional Jepang yang telah berada di bawah tekanan berat.

Langkah menaikkan suku bunga juga dinilai menjadi upaya Jepang menjaga kestabilan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Namun, keputusan ini dapat membawa risiko tambahan bagi masyarakat dan ekonomi Jepang yang sudah terhimpit utang.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *