Ekspor Indonesia pada Januari 2025 diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, karena impor tumbuh lebih cepat, surplus neraca perdagangan kemungkinan akan menyusut.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Januari pada Senin (17/2/2025). Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekspor tumbuh 8,3% secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 4,78% yoy pada Desember 2024. Jika proyeksi ini terwujud, ekspor akan mencatat kenaikan tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Namun, impor juga diprediksi meningkat cukup pesat. Konsensus Bloomberg memperkirakan impor tumbuh 10,07% yoy, meski sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan 11,07% yoy pada Desember 2024. Lonjakan impor ini berpotensi menekan surplus perdagangan Indonesia.
Dinamika perdagangan global, termasuk kebijakan Donald Trump di AS, diprediksi belum berdampak signifikan pada ekspor-impor Indonesia. Meskipun Trump menerapkan tambahan tarif 10% untuk impor dari China, dampaknya terhadap arus perdagangan RI masih terbatas. Di sisi lain, kebijakan China menumpuk stok batu bara dengan impor dari Mongolia dan Rusia juga belum mempengaruhi permintaan terhadap batu bara Indonesia.
Seiring impor yang tumbuh lebih cepat dibandingkan ekspor, surplus neraca perdagangan Januari diprediksi menyusut menjadi US$ 1,86 miliar, lebih rendah dibandingkan US$ 2,24 miliar pada Desember 2024. Jika angka ini terwujud, maka akan menjadi yang terendah sejak Februari 2024.
Meski surplus menurun, keberhasilan Indonesia mempertahankan neraca dagang positif selama 57 bulan berturut-turut menjadi pencapaian tersendiri. Jika Januari 2025 kembali mencatat surplus, Indonesia akan mencetak hampir lima tahun berturut-turut tanpa defisit perdagangan, menunjukkan ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global.