Tabungan di Bank Makin Menyusut
Nilai dana nasabah individu di perbankan terus merosot menjelang akhir 2024. Data Bank Indonesia menunjukkan, produk tabungan dan deposito—yang menyumbang 70% total Dana Pihak Ketiga (DPK)—mengalami perlambatan pertumbuhan. Tabungan hanya naik 6,6% pada November 2024, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 7,5%. Sementara deposito hanya tumbuh 4,3%, menurun dari 5,2% pada Oktober.
Secara total, nilai tabungan masyarakat di bank mencapai Rp8.534,8 triliun, dengan proporsi dana nasabah individu sebesar 47,5%. Namun, dana nasabah perorangan terkontraksi 1,1% pada November, berbanding terbalik dengan pertumbuhan 0,6% pada Oktober. Penurunan ini dipicu oleh pencairan dana simpanan atau tidak diperpanjangnya tenor deposito.
Fenomena ‘Mantab’ Masih Berlanjut
Merosotnya nilai tabungan diduga sebagai kelanjutan dari fenomena ‘mantab’ atau makan tabungan, di mana masyarakat lebih banyak menggunakan simpanan untuk kebutuhan konsumsi. Laporan menunjukkan, alokasi pendapatan untuk konsumsi tetap tinggi di 74,4%, sedangkan tabungan stagnan di 15,1%. Fenomena ini memengaruhi nasabah dari berbagai kelas ekonomi, termasuk kelompok pengeluaran atas yang sebelumnya menyumbang lebih banyak tabungan.
Belanja Konsumen Stagnan
Kondisi ini turut membayangi prospek belanja masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru. Menurut Mandiri Spending Index (MSI), pertumbuhan belanja pada awal Desember hanya mencapai level 225, stagnan dari awal November di angka 223,4. Secara mingguan, pertumbuhan belanja kuartal IV-2024 rata-rata hanya 0,1%, jauh lebih rendah dari kuartal IV-2023 sebesar 0,7%.
Konsumsi Beralih ke Pola Hemat
Tim ekonom Bank Mandiri mencatat adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. Intensitas makan di luar rumah (dining out) terus menurun dari 21,2% pada Juni 2023 menjadi 17,8% pada November 2024. Sebaliknya, belanja kebutuhan makan di rumah (eating in) meningkat dari 10,1% akhir 2022 menjadi 21,1% bulan lalu.
Kebijakan Penopang Daya Beli Mendesak
Perubahan ini lebih terasa di kelompok bawah dan menengah. Oleh sebab itu, ekonom menekankan pentingnya kebijakan untuk menjaga daya beli kelompok ini demi menjaga stabilitas konsumsi masyarakat. Dengan demikian, pemerintah diharapkan dapat memberikan stimulus yang lebih tepat sasaran untuk mendorong aktivitas ekonomi yang lebih inklusif.