TikTok berencana menginvestasikan US$8,8 miliar atau sekitar Rp149 triliun untuk layanan pusat data di Thailand dalam lima tahun ke depan. Investasi ini lebih dari dua kali lipat dari target sebelumnya dan bertujuan memperkuat infrastruktur bagi sekitar 50 juta pengguna TikTok di negara tersebut.
Wakil Presiden Kebijakan Publik TikTok, Helena Lersch, mengumumkan komitmen tersebut dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, di Bangkok pada 28 Februari 2025. Namun, detail mengenai rencana investasi ini belum diungkap lebih lanjut. Langkah ini menyusul persetujuan pemerintah Thailand atas investasi TikTok senilai US$3,8 miliar sebelumnya.
Thailand kini menjadi magnet bagi raksasa teknologi global seperti Microsoft, Nvidia, dan Apple, yang ingin memanfaatkan pertumbuhan digital di kawasan Asia Tenggara. TikTok menyatakan bahwa investasi ini akan menciptakan operasi yang lebih terlokalisasi dan efisien, serta memperkuat daya saing digital Thailand sebagai pusat teknologi regional.
Dengan lebih dari tiga juta pedagang aktif, Thailand merupakan pasar penting bagi TikTok di Asia Tenggara. Platform ini juga akan bekerja sama dengan pemerintah dan mitra lokal untuk mengembangkan ekosistem kecerdasan buatan (AI), produksi konten, serta peningkatan keterampilan sumber daya manusia.
Pada 2024, komitmen investasi asing di Thailand melonjak 35% dibanding tahun sebelumnya, mencapai 1,14 triliun baht (US$33,3 miliar), tertinggi sejak 2014. Pemerintah Thailand menargetkan investasi baru senilai 1 triliun baht pada tahun ini untuk terus mendorong pertumbuhan sektor digital dan teknologi.