Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa pemerintahannya akan merespons langkah balasan Uni Eropa terhadap kebijakan tarif baru AS atas baja dan aluminium. Tarif sebesar 25% yang mulai berlaku pada Rabu (12/03/2025) telah memicu ketegangan dagang global, dengan Uni Eropa, Kanada, dan beberapa negara lainnya bersiap menerapkan langkah serupa.
“Tentu saja saya akan merespons,” kata Trump di Gedung Putih saat ditanya apakah ia akan membalas kebijakan Uni Eropa. “Masalahnya, negara kita tidak merespons sebelumnya. Lihat saja, Uni Eropa didirikan untuk mengambil keuntungan dari Amerika Serikat.”
Trump tidak merinci langkah apa yang akan diambilnya, tetapi Uni Eropa telah mengumumkan respons cepat. Komisi Eropa meluncurkan “tindakan balasan yang cepat dan proporsional” dengan memberlakukan kembali tarif penyeimbang dari 2018 dan 2020 serta menambahkan daftar baru produk AS yang terkena bea masuk. Langkah ini diperkirakan berdampak pada ekspor AS senilai €26 miliar.
“Kami sangat menyesalkan tindakan ini,” ujar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. “Tarif adalah pajak. Ini buruk bagi bisnis dan lebih buruk lagi bagi konsumen.”

Tak hanya Uni Eropa, Kanada juga merespons dengan memberlakukan tarif 25% terhadap produk AS senilai C$30 miliar. Menteri Keuangan Kanada Dominic LeBlanc menegaskan bahwa kebijakan ini akan berlaku mulai Kamis (13/03/2025) dan diterapkan dengan prinsip “dolar per dolar” terhadap tarif AS.
Sementara itu, negara-negara di Asia seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Australia belum mengambil tindakan balasan langsung. Inggris lebih memilih jalur negosiasi, sementara Brasil dan Meksiko masih menunggu langkah lebih lanjut dari AS sebelum memutuskan respons mereka.
Kebijakan tarif Trump ini menambah ketidakpastian bagi dunia usaha dan pasar keuangan. Saham AS sempat mengalami pemulihan setelah tekanan dua hari berturut-turut, didorong oleh data inflasi Februari yang lebih rendah dari perkiraan. Namun, pengumuman tarif balasan Kanada kembali menekan indeks S&P 500.
Langkah proteksionis Trump ini juga mendapat kritik dari perusahaan dalam negeri, termasuk Alcoa Corp, produsen aluminium terbesar di AS. Mereka memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat menghilangkan puluhan ribu pekerjaan serta menaikkan harga barang bagi konsumen yang sudah menghadapi tekanan inflasi.
Namun, kebijakan ini tetap mendapat dukungan dari sebagian eksekutif industri yang berharap tarif dapat mendorong manufaktur kembali ke AS. “Memperkuat tarif baja dan aluminium akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi, berinvestasi lebih banyak, dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” kata Scott Paul, Presiden Alliance for American Manufacturing.
Seiring meningkatnya ketegangan, Trump juga membuka peluang mengenakan tarif pada tembaga dan sedang mempertimbangkan skema tarif “resiprokal” untuk negara mitra dagang AS. Pekan lalu, ia mengizinkan tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko terkait perdagangan narkoba dan migrasi, tetapi kemudian memberikan pengecualian selama satu bulan bagi barang tertentu dalam perjanjian perdagangan Amerika Utara.
Dengan banyak negara kini menimbang respons mereka, perang dagang global kembali memanas, dan dampaknya terhadap ekonomi AS serta mitra dagangnya akan menjadi sorotan dalam beberapa bulan ke depan.