Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat kembali memunculkan kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang AS-China. Ketegangan ini diperkirakan akan berdampak besar pada perekonomian global, termasuk negara berkembang seperti Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, melihat konflik dagang ini sebagai peluang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam global value chain (GVC). “Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk memperluas ekspor dan menjadi alternatif dalam rantai pasok global,” kata Shinta dalam Konferensi Pers Outlook Ekonomi 2025, Kamis (19/12).
Menurut Shinta, konflik dagang tersebut telah menciptakan tren China de-risking, di mana perusahaan global mulai mendiversifikasi rantai pasok mereka untuk mengurangi ketergantungan pada satu negara. Produk seperti semikonduktor, elektronik, dan alat telekomunikasi menjadi komoditas utama yang mengalami peralihan perdagangan.
“Diversifikasi produksi ini menciptakan ruang bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi di sektor manufaktur, mineral kritis, dan energi hijau,” tambahnya. Namun, ia menekankan pentingnya peningkatan efisiensi, kepastian iklim usaha, dan keterbukaan perdagangan agar Indonesia dapat menangkap peluang ini.
Di sisi lain, Shinta mengakui bahwa ketegangan ini membawa dampak negatif bagi negara berkembang. Namun, jika dikelola dengan baik, konflik ini berpotensi meningkatkan investasi dan ekspor nasional, setidaknya dalam jangka pendek. “Pertanyaannya adalah bagaimana kesiapan Indonesia, terutama saat bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand,” ungkapnya.
Sementara itu, Trump telah mengumumkan rencana untuk menerapkan tarif 25% pada semua produk dari Meksiko dan Kanada, serta tarif tambahan 10% pada barang-barang asal China. Langkah ini bertujuan menanggulangi imigrasi ilegal dan perdagangan obat-obatan terlarang yang masuk melalui perbatasan AS.
Menurut Trump, China belum cukup serius menghentikan aliran narkotika ke AS melalui Meksiko. Oleh karena itu, tambahan tarif pada produk China akan tetap diberlakukan hingga langkah nyata diambil oleh Beijing.
Dengan eskalasi ini, tantangan bagi Indonesia tidak hanya datang dari kompetisi global tetapi juga dari kesiapan dalam menarik investasi dan mengamankan posisi strategis di pasar internasional. Bagaimana Indonesia memanfaatkan peluang ini akan sangat menentukan daya saingnya di tengah dinamika ekonomi global yang kian kompleks.