Harga keramik China yang dikenal lebih murah di pasaran bakal mengalami kenaikan dalam beberapa waktu mendatang. Hal itu tidak lepas dari rencana pemerintah yang bakal menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD) atas keramik impor asal China.
Arus masuk keramik impor dari China juga dilaporkan lebih ketat. Demikian kabar yang diterima pedagang dari importir keramik.
“Kabar dari importir sekarang lebih susah masuk di pelabuhannya, biaya impor juga bakal lebih mahal dibanding sekarang ini, keramik polos impor yang sebelumnya Rp 78 ribu per m2 nantinya bisa jadi Rp 88 ribu per m2,” kata penjual keramik, Lani, saat ditemui CNBC Indonesia di tokonya yang berlokasi di kawasan Rawasari, Jakarta Timur, Senin (22/7/2024).
Berubahnya harga itu membuat penjual lebih banyak menawarkan keramik lokal dibanding impor. Meski cenderung lebih mahal, namun ketersediaan stok lebih banyak karena lebih mudah dalam pendistribusian. Meski demikian, untuk keramik impor sebelumnya masih tersedia.
“Kemungkinan naik harga di Agustus, tapi saya masih ada stok keramik impor yang persediaan sebelumnya, jadi dijualnya pakai harga lama,” katanya.
Sementara itu dari kesediaan keramik lokal juga ternyata lebih banyak. Dari sisi stok, beberapa toko di Rawasari menyediakan Sandi Mas, Roman, Esenza dan Concord.
“Concord motif polos ini harganya murah, Cuma Rp 95 ribu per m2 buatan Karawang, masih promo sekarang. Kalau lokal lain buat polosan aja di atas Rp 100 ribu per m2,” ungkapnya.
Sementara itu, penjual lainnya, Widi mengatakan, tokonya yang juga berlokasi sama di Rawasari itu, lebih banyak menawarkan produk lokal dibanding impor. Meski harganya lebih murah impor, namun lebih banyak yang mencari keramik lokal.
“Kebanyakan yang kami display ya lokal,” ujarnya.
Rencana BMAD Keramik Impor Asal China
Sebagai informasi, rencana pemerintah menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD) terhadap beberapa produk impor dari China termasuk ubin keramik kini terus dikebut. Proses investigasi sudah selesai oleh Komite Anti Dumping (Kadi) Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Untuk perkembangan penyelidikan BMAD produk ubin keramik, penyelidikan tersebut telah selesai,” kata Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), Danang Prasta Danial kepada CNBC Indonesia, Jumat (19/7/24).
Pihaknya sudah menyampaikan hasil penyelidikan tersebut kepada Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) dan sedang dikaji. BMAD ini akan menjadi senjata ampuh dalam menghalau banjir impor keramik ubin dari China, karena pengenaan tarif tambahan akan membuat keramik impor sulit bersaing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti-dumping Tindakan Imbalan Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Menteri Perdagangan memiliki waktu 14 hari untuk menindaklanjuti rekomendasi dari KADI sejak surat itu diberikan kepadanya.
“Saat ini masih dalam tahap menerima masukan dari Kementerian terkait atas rekomendasi KADI,” kata Danang.