Ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I-2025. Meski masih positif, angka ini menjadi yang terlemah sejak kuartal III-2021, ketika pandemi Covid-19 masih membayangi.
Data ini diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan ini, dan menunjukkan tren perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Sejumlah analis pun mulai merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede memproyeksikan ekonomi RI hanya akan tumbuh di kisaran 4,5–5% tahun ini, turun dari realisasi 5,03% pada 2024 dan proyeksi awal sebesar 5,11%.
“Kami merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk 2025 menjadi di bawah 5%, mempertimbangkan ketidakpastian yang meningkat akibat perang dagang yang sedang berlangsung,” ujar Josua dalam keterangan tertulis.
Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 berada di kisaran 4,95–5,05%. Ia merinci, kuartal II-2025 bisa terdongkrak konsumsi selama libur Idul Fitri, meski ekspor masih lemah.
Pada kuartal III-2025, konsumsi domestik diperkirakan mencapai puncaknya dan mendorong pertumbuhan hingga 5,2%. Namun, ekspor masih diproyeksi stagnan. Sementara kuartal IV-2025 diperkirakan tumbuh 5% karena stabilnya belanja akhir tahun.
“Indonesia memulai 2025 dengan tantangan serius dari dalam dan luar negeri. Kuartal pertama mencatatkan pertumbuhan ekonomi hanya 4,87%, turun dari 5,11% pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini menunjukkan tekanan struktural yang perlu segera ditanggapi dengan reformasi kebijakan yang berani dan strategis,” tegas Syafruddin.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual menambahkan bahwa target pertumbuhan 5,2% akan sulit tercapai tahun ini, kecuali ada percepatan belanja pemerintah dan meredanya tensi perang dagang global.
“Dengan upaya keras percepatan belanja pemerintah terutama yang terkait program unggulan, diharapkan semester II-2025 bisa lebih baik. Namun, dengan catatan ketegangan akibat perang tarif juga mereda,” jelas David.
Dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi kedua dalam pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025. Negara dengan pertumbuhan tertinggi adalah Filipina dengan 5,4% yoy.
Filipina memang mencatat perlambatan dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 5,7%, namun tetap lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yakni 5,3%. “Ada sinyal bahwa ekonomi masih memiliki daya tahan, seperti kuatnya permintaan domestik,” ujar Rosemarie Edillion, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Filipina.
Sementara itu, Malaysia diperkirakan mencatat pertumbuhan 4,4% yoy. Ini merupakan angka proyeksi awal, dan data resmi akan diumumkan pada 16 Mei. “Pertumbuhan ekonomi Malaysia tetap kuat di tengah gejolak global. Ini karena kuatnya fundamental ekonomi domestik,” ujar Kepala Perangkawan Malaysia Mohd Uzir Mahadin.
Singapura mencatat pertumbuhan 3,8% yoy pada kuartal I-2025, berdasarkan perkiraan awal Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI). Angka ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5%, akibat perlambatan sektor manufaktur dan jasa ekspor.
Thailand diperkirakan mencatat pertumbuhan 3,4% yoy. Wakil Menteri Keuangan Thailand Paopoom Rojanasakul berharap pertumbuhan membaik pada kuartal II-2025 berkat stimulus melalui program dompet digital.
Dengan demikian, pertumbuhan Indonesia yang mencapai 4,87% menempatkan Tanah Air di posisi kedua di antara ASEAN-5, hanya kalah dari Filipina, namun unggul atas Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Optimisme terus dijaga, didukung komitmen pemerintah dengan memastikan APBN bekerja optimal dalam melindungi masyarakat, termasuk memastikan ekonomi tumbuh secara berkelanjutan,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam siaran pers.