Korea Selatan (Korsel) berencana mengenakan tarif hingga 38,02% pada baja canai panas asal China guna melindungi industri domestiknya. Langkah ini diambil setelah penyelidikan awal menemukan bahwa membanjirnya produk murah dari China telah merugikan produsen baja lokal.
Tarif hampir 28% akan dikenakan pada Baoshan Iron & Steel Co, sementara pemasok lain seperti Hunan Valin Xiangtang Iron and Steel Co menghadapi bea masuk sekitar 38%. Kebijakan ini masih menunggu persetujuan Kementerian Keuangan sebelum diterapkan.
Penyelidikan dimulai pada Oktober 2024 setelah Hyundai Steel Co mengajukan keluhan pada Juli. Hyundai mengaku bisnisnya terganggu akibat lonjakan impor baja murah dari China dan Jepang. Bahkan, tekanan harga ini mendorong Posco Holdings Inc menutup salah satu pabriknya di Pohang.
Langkah proteksi Korsel ini sejalan dengan kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump. Awal bulan ini, Trump mengumumkan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium ke AS, setelah sebelumnya menambahkan bea masuk 10% untuk produk China.
Industri baja China saat ini memang menghadapi tantangan besar akibat krisis properti yang berkepanjangan. Namun, meski permintaan dalam negeri melemah, produksi tetap tinggi, memaksa China meningkatkan ekspor hingga mencapai level tertinggi dalam sembilan tahun terakhir.
Di pasar keuangan, kebijakan tarif ini langsung berdampak pada saham Hyundai Steel yang melonjak 10%, kenaikan intraday terbesar sejak Desember 2024. Saham Posco Holdings juga mengalami penguatan, sementara saham Baoshan Iron & Steel turun tipis di Shanghai.
Korsel berharap tarif ini dapat menstabilkan pasar baja domestik dan melindungi produsen lokal dari persaingan tidak sehat. Namun, kebijakan ini berpotensi memicu reaksi dari China yang selama ini menjadi eksportir baja terbesar dunia.